Silahi Sabungan dikatakan sudah kaya kaerena sudah punya anak laki-laki dan seorang putri namanya Boru Deang Namora,kehidupan keluarga SilahiSabungan sangat rukun dan damai Tahun 1542 timbullah gejolak karena kecemburuan sosial.Silhisabungan,Sipnggan Matio serta boru Deang namora sangat menyayangi Si Tambu.Putra Silahi Sabungan yang tujhu merasa tidak suka melihat kasih sayang yang sangat berbeda atau menyolok diantara mereka berdelapan dan terjadilah saling mengejek.Sitambu merasa terpojok dengan ejekan abangnya dan melapor sama orang tuanya.Sipinggan Matio sangat marah terhadap putranya yang tujuh dan membujuk si Tambu.Namun Si Tambu memaksakan kehendaknya pergi ke rumah tulangnya di Sibisa uluan.Silahi Sabungan melakukan suatu acara yaitu memberi Poda Sagu-sugu Marlangan terhadap putranya yang delapan.Dan berangkatlah Silahi Sabungan membawa anaknya ke Sibisa Uluan.
Atas kepergian si Tambu,Sipnggan Matio merasa sedih dan menyuruh putrinya si Deang Namora memintal benang dari kapas dengan maksud agar kesedihan mereka tidak berlarut karena kepergian Si Tambu.Namun diwaktu si Deang Namora memintal benang hatinya sangat di rundung duka atas kepergian adiknya si Tambu.Dalam kesedihan dia tetap bekerja memintal benang,namun kapas habis tapi tidak kelihatan hasilnya atau gulungan benang tetep kecil(tungkul ni bonang lalap etek).Sipinggan matio memperhatikan hasil kerja putrinya dan berkata,"Bagaimana Kau Deang namora,sudah lama kau bekerja tetapi hasilnya tidak kelihatan" Sideang namora diam saja karena dia juga sangat heran melihat kerjanya yang tidak kelihatan,sehinnga merasa dirinya tidak berarti lagi dengan kejadian tersebut.Dengan perasaan kecewa Deang Namora pergi diam-diam ke Parnamaraan,disana Deang Namora duduk ditepi danau memandang terus kearah Sibisa Uluan,dan bertanya dalam hati"Kapan datang adikku si Tambu"
Sipnggan Matio kehilangan putrinya dan menyuruh anak-anaknya yang tujuh mencari sampai ketemu.Anaknya yang laki-laki menemukan Deang Namora di liang Parnamaraan,dan membujuk supaya pulang kerumah.Namun Deang Namora tidak mau pulang,datangpun ibunya Sipinggan Matio membujuk tetap tidak mau pulang.
Sekembalinya Silahi Sabungan dari pengembaraannya juga membujuk Deang Namora agar pulang kerumah juga di tolaknya.Silahi Sabungan mengambil suatu keputusan,biarlah dia di parnamaraan dan memerintahkan kepada anaknya yang tujuh membawa semua peralatan bertenun ke Parnamaraan.Deang Namora menerimanya dan mulai bertenun dengan menggunakan benang yang dia pintal sendiri yaitu dengan gulungan (tukkul) ni bonang yang tetap kecil.ternyata hasilnya sangat mengagumkan,setelah mereka gunakan masih sisa untuk satu orang lagi.Menjadi ingat dia kepada adiknya si Tambudan dia berkata"Yang satu iniakan saya simpan untuk adikku siTambu,akan ku berkan ini padanya kalau dia datang kemari".
Demikianlah selanjutnya dia bertenun sendirian sepanjang hidupnya di parnamaraan dan berpesan kepada saudara-saudaranya laki-laki:"Kalian jangan marah kalau perut padi kalian saya makan,kalau ada padi kalian tidak berbuah,berarti sayalah yang memakan itu,namun hasil yang kalian panen tidak akan berkurang dari biasanya".
Dan seterusnya dia tetap disitu sampai mati dan menjadi keramat.
EmoticonEmoticon