NAMA SAMA
DARI ORANG DAN ZAMAN YANG BERBEDA
Banyak
keturunan Raja Silahisabungan yang memiliki nama sama tetapi orangnya berbeda
dan hidup pada masa dan generasi yang berbeda pula seperti di bawah ini.
A. Loho Raja
mempunyai 2 (dua) orang anak yakni si Naborno dan si Napuran:
1. Loho Raja (generasi ke-2) anaknya yang
pertama si Naborno (generasi ke-3) tidak sama dengan si Naborno (generasi ke-6)
di Parbaba anak Baba Raja (generasi ke-5);
2. Loho Raja
(generasi ke-2) anaknya yang kedua si Napuran (generasi ke-3) tidak sama dengan
si Napuran (generasi ke-6) di Parbaba anak Baba Raja (generasi ke-5). Si Baba
Raja keturunan Loho Raja generasi ke-5 pemilik golat dan huta luas di Parbaba,
Samosir (note: pada bulan Juni 2007
sebagian lahan keturunan Baba Raja ini dipakai untuk acara pesta Simbolon
sedunia). Si Baba Raja mempunyai anak laki-laki 3 (tiga) orang; pertama si
Naborno, kedua si Napuran dan ketiga si Napitu.
Tulisan ini sekaligus untuk mengonfirmasi
anak Baba Raja lah 3 orang sedangkan Loho Raja adalah 2 orang. Pemberian nama
si Naborno dan si Napuran oleh Baba Raja adalah goar mangulahi mengingat
ompungnya si Naborno dan si Napuran yang dia tinggalkan di Silalahi Nabolak.
Anaknya yang ketiga si Napitu juga mengingat ada keturunan [7] ompungnya Loho
Raja sampai Batu Raja marhaha-maranggi di Silalahi Nabolak sementara
Tambun Raja sudah pergi ke Sibisa.
B. Silalahi Siraja
Parmahan keturunan Sondi Raja yang diculik suruhan Tuan Sihubil dari Simartaja,
Silalahi Nabolak dan setelah dirajahon (terj. dimahkotai) menjadi anak
Tuan Sihubil mendapat golat sangat
luas di Balige. Siraja Parmahan di Balige mempunyai anak laki-laki [4] orang
berturut-turut dia namai Sihaloho,
Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar.
1.
Sihaloho (Loho Raja) generasi ke-2 RSS
tidak sama dengan Sihaloho anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige);
2.
Sigiro (generasi ke-3) anak Batu
Raja (generasi ke-2) tidak sama dengan Sinagiro (Sigiro) anak Silalahi Siraja
Parmahan (Balige);
3.
Sidebang generasi ke-2 RSS tidak
sama dengan Sinabang (Sidebang) anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige);
4.
Sidabutar generasi ke-2 RSS tidak
sama dengan Sinabutar (Sidabutar) anak Silalahi Siraja Parmahan (Balige).
Harap ditatat: bahwa pada
generasi Siraja Parmahan diculik suruhan Tuan Sihubil; orang yang bernama
Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang (Sidebang), Sinabutar (Sidabutar)
hanya ada di Silalahi Nabolak dan tidak ada di tempat mana pun termasuk di
Tolping atau di Pangururan. Keturunan
Siraja Parmahan Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar di Balige marga
kesatuannya Silalahi.
Apa alasan Siraja Parmahan menamai ke-4
anaknya dengan nama-nama ompung dan saudaranya yang dia tinggalkan di Silalahi
Nabolak dan apa alasan keturunan Siraja Parmahan memakai marga Silalahi? Boleh
saja karena ompungnya Siraja Parmahan lahir dan berasal dari Silalahi Nabolak.
Namun yang paling berhak menjawab dan menjelaskannya adalah keturunan Siraja
Parmahan; jangan ada pihak luar berinisiatif mengarang cerita khayal atau
merekayasa tarombo sehingga bertambah runyam.
Sengaja
penjelasan 6 (enam) nama sama dari orang
dan zaman yang berbeda di atas disodorkan, supaya memberi kesimpulan awal
kepada pembaca tentang isi penjelasan lebih lanjut tulisan ini.
Harus dihargai
kegigihan banyak pihak memperbincangkan Tarombo Raja Silahisabungan dan
memanfaatkan teknologi internet untuk menyebarluaskannya. Harus juga diacungi
jempol akan kenyataan bahwa Pomparan Raja Silahisabungan demikian holong marinang jala somba marhula-hula;
seperti dapat dibaca dalam berbagai tulisan dan tanggapan di bang’s loho WebBlog maupun WebBlog
lainnya. Tapi sayang, debat dan penjelasan Tarombo Raja Silahisabungan terutama
berapa jumlah isteri, siapa isteri
pertama dan siapa anak sulung makin tidak proporsional karena pihak-pihak
yang melibatkan diri memberikan penjelasan dan mempertahankan apalagi
mendesakkan pandangan dengan berdasarkan tona dan cerita khayal belaka.
Kadang
dalam benak bertanya bagaimana para penulis atau pendongeng ini dapat
menuturkan suatu dialog orang yang hidup pada 400 tahun lebih yang lalu. Sekali
lagi, Tona hanya dapat diterima kalau didukung fakta dan bukti hidup, nyata
dan dapat dikonfirmasi. Bila dari sekarang kita tidak mau mengakui
kebenaran yang hakiki tentu kita harus menerima kenyataan masa yang akan
datang. Keturunan kita kelak tidak akan mau buang-buang waktu membahas dan
apalagi bersitegang mendasarkan tona. Biarlah nantinya anak-cucu kita bila
saling jumpa dan berkata, "Ompungku
Raja Silahisabungan Makam dan Tugunya di Silalahi Nabolak!" ... dan
sebaliknya ada yang berkata lain, "Ompungku
Raja Silahisabungan Makamnya di Dolok Parmasan, Pangururan!" Anggap
saja "kedua-duanya"
benar dan tidak perlu dipertentangkan; KARENA RAJA SILAHISABUNGAN YANG
MEREKA MAKSUDKAN ADALAH ORANG YANG BERBEDA!
Bersambung ke BAGIAN 3.. klik http://pssm1281.blogspot.com/2014/02/silahisabungan-dua-pribadi-berbeda_1978.html
Bersambung ke BAGIAN 3.. klik http://pssm1281.blogspot.com/2014/02/silahisabungan-dua-pribadi-berbeda_1978.html
EmoticonEmoticon