Friday, 14 August 2020

SILAHI SABUNGAN KAWIN DENGAN SIBORU PINGGAN MATIO BORU PADANG BATANG HARI

Tags

 Hari yang telah di tentukan,yaitu hari yang baik dan yang disepakati telah tiba.Raja Parultop Padang Batang  Hari dari Balla membawa putrinya disertai rombongan menemui Raja Silahi Sabungan.Isteri Raja mempersiapkan bawaan mereka sesuai dengan adat kebiasaan ketika itu,yaitu"Domen Pitu Njujungan"raja Parultop membawa tujuh putri kelak salah satuakan dipilih Raja Silahisabungan,masing-masing putri menjunjung kantongan tersbut dari anyaman bayon jeis tumbuhan pandan,di dalamnya berisi domen.

Setelah Raja Parultop tiba di Huta Lahi berikut dengan rombongan serta ketujuh putri,sedangkan Raja Silahi Sabungan berdiri tegak dengan sikap sopan di seberang sungai .Raja Pakapak berkata:"Nunga dison anggim pillitma"(adikmu sudah disni pilihla).Raja Parultop menyuruh agar putrinya dulu menyeberang kemudian menyusul putri yang kedua,ketiga ,keempat,kelima ,keenam,dan terakhir putri ketujuh,setelah tiba di seberang sungai putri pertama sampai ke enam pakaiannya tidak basah,sebaliknya putri ketujuh basah dan kuyup,sesudah itu Raja Silahi sabungan membawa Raja Parultop,puteri-puerinya serta rombongan masu kerumah.Putri tersebut disuruh masak  tetapi putri pertama dan keenam tidak ikut memasak,apa penyebabnya masih belum jelas di ketahui,tetapi ada kemungkinan agar mereka rapi dan cantik dipandang mata,hingga kelak Raja SilahiSabungan memilih satu diantara mereka.

Lain halnya dengan putri  bungsu dia sibuk memasak untuk makanan mereka,setelah selesai makn dan berbincang-bincang tentang berbagai hal akhirnya Raja Parultop maerga Padang Batang Hari berkata kepada Raja Silahi Sabungan"tujuh adik-adikmu sudah berada disini Apakah engkau telah memilih satu diantara mereka untuk menjadi isterimu"Raja Silahi Sabungan menjawab:Saya sudah memilih puteri bungsu menjadi isteri saya,saya memilih putri bungsu kaerna pakaiannya basah ketika menteberangi sungai dan dia memasak makanan untuk kita makan.Permpuan seperti itulah yang saya anggap Boruni Raja(PuteriRaja) dan pantas menjadi isteri saya walaupun ada cacat di matanya,demikian ucapan Raja Silahi Sabungan,memilih Si boru Pinggan Matio.Raja Silahi Sabungan menilaikeenam putri tersebut so maila(tidak malu) tidak memiliki sopan santun,sebagai putri tidak malu mengangkat pakaiannya sehingga bagian bawah  dari tubuhnya menjadi kelihatan,meskipun diantara mereka ada laki-laki disekitarnya.Sebaiknya puteri bungsu maila (maradat) yang tidak merasakan malu dan tidak beradat adalah jin,dan tidak mungkin di jadikan isteri.Dengan adanya peristiwa tersebut maka dinamakanlah sungai yang mengalir dibelahan kampung tersebut"Binangan so maila"(sungai tidak malu).

Raja Parultop kagum dan heran terhadap raja Silahi Sabungan karena dapat memilih putri yang sesnuguhnya berujud manusia,sebab putri yang enam lagi yang menyertai putri Raja adalah benar jolma jadi-jadian (manusia jin) yang diciptakan oleh raja Parultop menjdi putri-putri cantik dengan tujuan untuk menguji kesaktian Raja Silahi Sabungan,sakaligus sebagai batu ujuian apakah Raja Silahi Sabungan layak menjadi menantunya dan benar-benar Raja,andai kata salah seorang putri dari enam putri yang di pilihnya sudah jelas tidak mendapat apa-apa kecuali hanya manusia jin saja.Raja Paruoltop pun sangat kagum terhadap Raja Silahi Sabungan,karena saat memilih teman hidupnya sebagai isteri tidak tergoda oleh wajah cantik,tubuh yang indah,molek,melainkan mengutamakan peringai dan budi pekerti,setelah Raja Silahi Sabungan menyampaikan pilihannya kepada Raja Parultop marga Padang Batang Hari malam hari itu juga Raja Silahi Sabungan di kawinkan.

Raja Padang Batang Hari meresmikan dan memberkati putri dan menantunya agar mendapat keturunan,dan memohon kepada Mulajadi Nabolon,di kemudian hari keturunannya mendapatkan sahala Raja,kekeyaan, banyak keturunan dan memiliki pangkat,mereka semua bergembira.

Dua malam mereka menginap Di huta Lahi dan kemudian Raja Padang batang Hari dan rombongannya pulang Ke Balla,mereka dibekali oleh Raja Silahi Sabungan dan Siboru Pinggan matio membawa ikan yanga besar-besar yang sudah dimasak dan di bungkus dalam daun yang harum.Berselang beberapa bulan Siboru Pinggan Matio mengusulkan kepada suaminya Raja Silahi Sabungan tentang kerinduannya kepada orangtua dan saudara-saudara di kampung orangtuanya di Balla dan supaya  mereka mengunjunginya,keinginnan untuk melepas rindu tersebut dikabulkan Raja SilahiSabungan mereka pun pergi ke Balla.Ketika si boru PInggan Matio sedang hamil muda,maka putri dan menantunya di beri makan,makanan tersebut juga harus dilengkapi dengan buah tiung yang masih kecil,daun alun-alun,hasobi sedikit garam kemudian diatasnya dikasih ikan,semuanya ini di buat didalam piring berlapis balea yang pertama memakan adalah Siboru Pinggan Matio baru kemudian Raja Silahi Sabungan.

Ketika berjunjung ke tempat Raja Padang BatangHari atau Raja Parultop pada ketika itu juga Raja Silahi Sabungan menyembuhkan banyak orang dari berbagai penyakit dab bala,melalui pengetahuan datu yang dimilikinya,sebab itu mertua dan sanak saudara isterinya serta penduduk kampung tersebut sangat sayang kepada Raja Silahi Sabungan dan isternya.Setelah Raja silahi Sabungan dan isterinya selesai melepas rindu debgan kedua orangtuanya,saudara-saudaranya dan kampung halamannya mereka pamit kembali ke Huta Lahi.Dalam perjalanan pulang mereka melalui Dolok Simordong salah satu tempat keramat di Silalahi Nabolak terletak diatas bukit yang terjal dan salah satu tempat pintu masuk dan keluar ke Silalahi Nabolak dan Tao Silalahi.Raja Silahisabungan dan isterinya yang sudah leleh dan di barengi rasa haus duduk beristirahat sambil memandang air Danau Toba yang jernih.Rasa haus Siboru Pinggan Matio semakin menjdi-jadi ,ia mengatakan kepada Raja Silahi sabungan suaminya"adong do aek alai holan boi berengon,ndang boi inumon laho paulak hosa"(ada air tetapi hanya boleh di lihat,tidak bisa di minum untuk mengembalikan rasa haus dan nafas yang tersengal-sengal).

Raja Silahi Sabungan mengerti keinginan isterinya,ia martonggo (berdoa) kepada Mulajadi nnNabolon agar di beri air,selesai berdoa ia menghujamkan tongkatnya ke batu di sisi bukit yang terjal dimana mereka duduk dan beristirahat,ternyata doa Raja Silahi Sabungan di kabulkan oleh Mulajadi nabolon sebab air keluar dan memancar dari batu dimana tongkat Raja Silahi Sabungan di hujamkan.

Kemudian Siboru Pinggan matio dam suaminya Raja Si lahi Sabungan meminum air tersebut sepuasanya,mereka juga mengucap syukur kepada Mulajadi Nabolon,setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulangke Huta Lahi.Samapi tahun 1980,jalan ke Silalahi Nabolak belum di buka seperti  keadaan sekarang ini,maka warga masyarakat keturunan Silahi Sabungan harus berjalan kaki melalui jalan setapak dan harus melewati Aek Sipaulak Hosa,ketka keluar masuk menuju jalan besar yang menghubungkan kabupaten Karo dan Kabupaten Dairi dari Silalahi Nabolak berjalan kaki dengan jalan setapak dan mendaki.karena jalan mendaki.maka ketika tiba di puncak bukit tiao orang sudah leleh dan haus,yaitu suatu tempat Raja SilahiSabungan dan isterinya beristirahat.Mata air peninggalan Raja SilahiSabungan Sampai akhir tahun 1970,masyarakat Silahi nabolak baik pergi dan pulang maupun keluarga yang berkunjung apabila menggunakan jalan setapak tersebut harus beristirahat di lokasi aek sipaulak hosa sambil minum air tersebut untuk menghilangkan rasa capek dan haus disamping memulihkan tenaga agar pulih kembali,mata air tersebut dinamakan"Mual/Aek Sipaulak Hosa"

Dari atas dasar pengira-ngiraan loeh para keturunannya Raja Silahi Sabungan dan isterinya  Siboru Pinggan Matio Boru Batang Hari pada masa kehidupannya,dapat di pastikan sangat bahagia dan harmonis,hal ini dapat dilihat dan diamati berdasarkan kedekatakan keturunannya terhadap pamannya atau tulangnya,keturunan Raja Silahi Sabungan sampai saat sekarang ini,mulai dari putra sulungnya yang bermarga Sihaloho sampai pada putranya yang bungsu yaitu Raja tambun sama-sama mengetahui bahwa paman mereka adalah Padang Batang Hari dan Manurung secara serentak diantara mereka senantiasa merasa bahwa bahwa marga Silalahi rumpun yang tujuh hingga kedelapan yaitu Raja Tambun tidak pernah hilang dari ingatan mereka,sehingga apabila pihak tulang atau paman yang dua ini bersinggungan dengan para keturunan namboru mereka yang jumlahnya relatif sangat banyak masing-masing dapat merasakan kedekatan yang sangat luar biasa dalam perlakuan sehari-hari,pihak keturunan sangat menghormati pihak paman Raja SilahiSabungan  mempunayi tujuh orang putra dan satu orang putri dari isterinya Siboru Pinggan Matio boru Batang Hari urutannya adalah sbb:

  1. Haloho
  2. Situngkir
  3. Sondi/Rumasondi
  4. Dabutar
  5. Dabariba 
  6. Debang
  7. Pintu batu
  8. Deang Namora(putri) 

Nama-nama dari keturunan Raja Silahi Sabungan adalah pemberian dari Raja Padang Batang Hari,hal ini adalah suatu kebiasaan bagi adat Pakpak,bahwa yang memberi nama adalah pihak tulang atau hula-hula.Tiap nama memiliki makna dan selalu ada hubungannya dengan peristiwa tertentu.

Haloho dai kata pakpak:kaloko,ketika lahir Raja Padang batang hari sedang markaloko(berbincang sambil duduk.

Tungkir(Tongkir)dalam bahasa pakpak berarti melihat/mengunjungi putri dan menantunya pada sat itu putra kedua lahir

 Rumasondi:ketika lahir Raja Padang batang hari sedang mendirikan rumah  yang atapnya terbuat dariSondi/sampilpil yang di jalin.

Sidabutar dalam bahasa Pakpak:Butarda,ketika lahir  Raja Padang Batang Hari mendirikan rumah Borsa (rumah pertemuan atapnya dari butar)

Dabariba dari kata daba dalam bahasa Pakpak karena wajahnya berbeda dari wajah abang-abangnya

Debang dalam Bahasa Pakpak:deban yang berarti orang lain,ketika ia lahir  sudah lebih dulu Patiktikyaitu abang Raja Padang Batang Hari melihat debang lahir baru datang Raja Padang Batang Hari.

Pintu Batu  atau pitu batu pada saat Raja Silahi Sabungan pergi mengunjungi mertuanya dan membutat 7 lesung batu,pada saat itu Raja Silahi Sabungan dengan mertuanya Raja Padang Batang Hari bertapa di Lae Pondom.

Pada saat mereka selesai bertapa anak Silahi Sabungan lahir,dinamakanlah /disebutlah Pitu batu.Pada saat itu juga Raja Pakpak Raja Padang Batang Hari melihat Parhalaan bahwa,pueri Si Boru Pinggan Matio hanya memiliki satu lagi anak putri dibeikan namanya Deang dengan Arti terakhir atau bungsu atau ampun-ampun dalam bahasa Pakpak.

 

 

  1.   

 

 

 


EmoticonEmoticon