PANJOUON PESTA ADAT SILALAHII RAJA
Pada suatu pesta adat perkawinan yang diselenggarakan
Silalahi Raja di Jakarta, panjouon disebutkan, "Hita Pomparan Raja
Silahisabungan; Silalahi Raja, anggi doli Tambun Raja dan hahadoli
Tampubolon." Untuk patorop
parhundul atau kawan bukan hal yang tidak baik, tetapi seperti diketahui
namarpadan dengan Tampubolon adalah si Raja Parmahan cucu Sondi Raja dan memang
pada umumnya marga Tampubolon (bawa atau boru) langsung respek dengan marga
keturunan Raja Silahisabungan tanpa kecuali. Karena demikian sayangnya pomparan
Tampubolon kepada si Raja Parmahan dan respek kepada marga-marga si 7 (pitu)
turpuk, maka sebaliknya marga-marga keturunan si-7 turpuk respek juga kepada
Tampubolon. Respek dimaksud adalah dalam pergaulan sehari-hari tidak termasuk
pelaksanaan adat, karena tidaklah otomatis padan si Raja Parmahan sebagai
pahompu menjadi padan bagi marga opungnya si-7 turpuk apalagi dengan pomparan Tambun
Raja justru telah saling mengawini.
Sebagian
pomparan Tambun Raja mengatakan tidak mengetahui ada marga Sihaloho sampai Batu
Raja tetapi hanya mengetahui marga Silalahi. Terus terang sedih perasaan
mendengarkan pandohan (ungkapan) seperti ini dan mohon direnungkan dan
dibaca kalimat dalam Poda Sagu-Sagu Marlangan “hamu na pitu” atau apakah ini
diingkari seluruh keturunan Tambun Raja? Silahkan!
Bahwa
sebagian pomparan Tambun Raja sejalan dengan Silalahi Raja berseberangan dengan
si-7 turpuk ada sebab yaitu kejadian tahun 1964 di Balige. Bahkan karena adanya
klaim Tambun Raja pula sehingga sebagian pomparan Tambun Raja tidak setuju
pembangunan makam/ tugu Silahisabungan di Silalahi Nabolak dan peresmian di
tahun 1981.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 12 / SELESAI
Klik SILAHISABUNGAN DUA PRIBADI BERBEDA ( bagian 12/ selesai))
BERSAMBUNG KE BAGIAN 12 / SELESAI
Klik SILAHISABUNGAN DUA PRIBADI BERBEDA ( bagian 12/ selesai))
EmoticonEmoticon